BAKSO BULAT
Bibir tipis merah merona dan rambut pirang
terurai indah milik gadis cantik bernama Amel Mangku Jayadiningrat. Sosok gadis
pintar dan sombong karena ia adalah anak seorang pengusaha paling kaya di kota tempat ia tinggal. Sudah ribuan pria yang mencoba melamarnya dan semua ia tolak.
Baginya tidak ada satu orang pria pun yang dapat menandingi kepintaran dan
kekayaannya.
Siang itu kala terik matahari begitu
menyengat, mobil plat KT milik Amel parkir di depan sebuah ruko. Ia tidak turun
dari mobilnya. Wajahnya nampak heran memperhatikan kerumunan orang-orang yang
mengantri membeli bakso. Semua yang mengantri membeli bakso adalah gadis-gadis
cantik dan dipastikan membawa mobil mewah. Amel tetap di mobilnya dan terus
memperhatikan. Siapa sebenarnya penjual bakso itu sampai dikerumuni gadis
cantik dan kaya? Apa spesialnya bakso itu dari bakso yang lain?
Amel pulang dengan wajah kusut dan hati
penasaran. Sejak kecil ia tinggal di Balikpapan dan mencoba semua jenis bakso,
tapi baru hari ini ia melihat ada tukang bakso yang sampai tidak kelihatan
orangnya karena dikerumuni pembelinya.
“Beli bakso sama gerobaknya!” perintah Amel
pada body guardnya. Ia memberikan uang lima puluh lembar uang seratus ribuan.
Pak Joko mengambil uang itu sambil
menggeleng-gelengkan kepala. Untuk apa nona muda membeli gerobak bakso?
*****
Gerobak bakso itu tiba di rumah megah Amel
yang seperti istana dalam negeri dongeng. Ayahnyapun panik dibuatnya melihat
gerobak bakso bertuliskan “TEJO”.
“Gerobak bakso siapa ini Mel?” tanya
papanya sambil tersenyum melihat tingkah anak semata wayangnya.
“Oh....ini untuk penelitian pa,”jawab Amel
sambil memperhatikan bentuk bakso yang ada di dalam gerobak milik Pak Tejo.
Sesaat ia memperhatikan papanya yang segera berlalu dari hadapannya.
Gerobaknya biasa, bentuk baksonya bulat
tidak ada perbedaan sedikitpun dari bakso-bakso yang dijual pedagang lainnya.
Tapi apa yang membuat gadis-gadis kaya tergila-gila sampai rela mengantri
berjam-jam untuk makan bakso ini?
“Kembalikan gerobak baksonya saya sudah
tidak perlu!” perintah Amel pada body guardnya.
*****
Keesokan harinya, walau hujan turun begitu
deras dan angin kencang, Amel mendatangi tempat Pak Tejo jualan bakso.
Sayangnya ia tidak bisa bertemu langsung dengan si penjual bakso karena sakit.
Hari ini temannya yang menggantikan Pak Tejo jualan bakso. Pantas saja terlihat
sedikit sepi.
Entah apa yang membuat Amel begitu
penasaran dengan sosok Pak tejo yang diidam-idamkan gadis-gadis cantik itu
sampai ia rela menyamar menjadi tukang cuci mangkok bakso.
*****
Seminggu telah berlalu tapi Amel tidak mendapatkan
hasil dari penyamarannya. Ia menepuk-nepuk keningnya karena kebodohannya.
Mengapa ia melakukan hal yang memalukan sampai mencuci mangkok bakso dan
berpakaian gembel demi mencari tau sosok Pak Tejo? Apa kata dunia kalau seorang
Amel Mangku Jayadiningrat mencuci mangkok? Sedangkan ia dirumah dan dimanapun
bagaikan seorang putri yang selalu siap dilayani oleh bawahannya.
Sore hari saat matahari mulai tenggelam,
bakso sudah habis terjual. Tiba-tiba datang sosok pria tampan dan berkulit
putih menghampiri Amel.
“Terima kasih sudah membantu teman saya,”
ucap pria itu.
Tanpa sepatah kata Amel mendadak pingsan
melihat pria itu.
*****
Di penghujung tahun Amel tidak lagi
melihat pria itu dan gerobak baksonya. Menurut warga sekitar pria tampan itu
bernama Tejo, yang menjadi rebutan pelanggan bakso yaitu gadis-gadis kaya. Ia
bukan penjual bakso biasa, tetapi ia seorang Insinyur yang mengajarkan orang
lain untuk berwirausaha. Tampan, pintar, rendah hati, sederhana itulah Tejo.
Tubuh Amel terkulai lemas, ia duduk
bersandar di bangku taman rumahnya. Pikirannya melayang-layang membayangkan
sosok penjual bakso bulat. Ia sudah menolak lamaran ribuan pengusaha sukses
tapi kini ia jatuh cinta pada Tejo.
Ternyata cinta hadir bukan dari sepintar
apakah kamu? Sebanyak apakah hartamu? Setampan atau secantik apakah kamu? Tapi
cinta hadir diam-diam tanpa kamu tau, cinta hadir dari kesederhanaan hati yang
mau menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing untuk saling melengkapi.
Amel tidak menyangka jika Tejo seorang Insinyur tetapi ia mau membantu orang
lain untuk maju, bahkan ia bersikap rendah hati mengucapkan terima kasih saat
dirinya menyamar sebagai tukang cuci mangkok bakso. Betapa Ia menyadari apa
yang ia miliki selama ini hanyalah titipan Tuhan. Butiran-butiran air mata itu
menetes di pipi Amel.
Papa Amel menyeka butiran air mata dipipi
anak semata wayangnya. “Dari pada sedih ikut papa ke lokasi yuk...!”
Amel langsung mengikuti papanya dari
belakang menuju mobil mewah miliknya. Sore hari itu nampak indah langit di
pelabuhan Semayang, warnanya bercorak Orange, burung-burungpun terbang
kesana-kemari. Amel keluar dari mobilnya menuju kapal yang ia tumpangi. Angin
laut berhembus kencang dan ombak bergulung kencang. Matanya menatap ke hamparan
langit mengagumi ciptaan Tuhan yang begitu sempurna.
Tidak berapa lama Amel dan papanya sudah
ada di Penajam. Karyawan-karyawan yang bekerja di bawah pimpinan Papa Amel, menyambutnya
dengan gembira.
Ada satu sosok dari kejauhan yang Amel
kenal dan ia rindukan selama ini. Tejo si penjual bakso bulat itu ternyata
seorang insinyur yang bekerja pada papanya. Senyum di bibir tipis itu
mengembang.
Jantung Tejo pun berdegup kencang tak
kuasa membendung perasaan melihat sosok Amel yang begitu menawan hati.
“Ini Karyawan papa yang paling teladan,
pintar, baik, dan tampan. Papa mengaguminya karena waktu itu dia datang dan
mengutarakan maksudnya untuk melamarmu. Tapi papa khawatir kalau Tejo menyerah
jika mengetahui sifatmu dan papa juga tidak ingin kehilangan anak muda sebaik
dia. Akhirnya kami menyusun rencana agar ia menarik perhatianmu dengan menjual
bakso. Hitung-hitung ia juga mengajarkan teman-temannya berwirausaha”
Amel tidak bisa marah seperti biasanya
karena mereka sudah menipunya, ia hanya senyum dan tersipu malu kalau ternyata
cintanya tidak bertepuk sebelah tangan pada si penjual bakso bulat itu.
*****
Dibawah langit biru dan disaksikan gerobak
bakso bulat, Tejo menyatakan niat tulusnya untuk meminang Amel.
Oleh:
Melani
Sulistia Wati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar